Sejujurnya kalau soal tulis-menulis, pernah dulu menulis essay untuk tugas kuliah, hanya saja tidak ada rasa apapun dalam mengerjakannya kecuali untuk" semoga dapat nilai A", kalau ini semoga saja bermakna dan mengajak.
Pernah terpikir di benakku suatu saat dari waktu, mungkin ketika rasa hampa menyergap, hidup dirasa sendu, atau ketika sesuatu yang diinginkan tak terjadi, yaitu memikirkan bahwa rasanya tak pernah saya meminta untuk dilahirkan di dunia kepada tuhan, saya juga berpikir semua manusia mungkin tak pernah meminta dirinya untuk dilahirkan, bahkan sekaliber Nabi sekalipun tak pernah memintanya, pengecualian untuk orang atheis yang tak percaya sesuatu yang abstrak, tak mau mengakui hal yang tak bisa di buktikan oleh logikanya.
Orang seperti itu mungkin tak pernah hal tentang kejadiannya dulu terlintas dibenaknya. Sebenarnya ini hanyalah wacana dalam kontemplasi diri. "aku tak pernah minta dilahirkan" jika keadaanya gawat saya bisa berkata pathetic seperti itu, menyalahkan "majikan jiwa". Menyalahkan tuhan, kenapa tuhan menciptakan saya. Kedengarannya seperti logika anak kecil ya, atau orang yang tak mau bersyukur dan durhaka. Tapi itulah kenyataan diri kita sendiri, mau tak mau, " hai para manusia yang masih mau berlogika" setidaknya lah kita mau mengenal diri kita.
Kebanyakan dari kita terperangkap dengan paradigma yang diciptakan oleh sekeliling kita tanpa kita mengetahui esensi dari hidup kita. Paradigma kacau yang terbalut rapi dalam bentuk keindahan abstraksi fana tak berujung. Sebagai acuan, kita pasti mengenal kehidupan bermasyarakat, bersosialisasi dengan baik atau tidak, berkecimpung di dalamnya, dan membangun persepsi orang lain tentang kita.
Seorang pamanku mengatakan" san, kalau kamu sudah punya kantor sendiri, baru kamu itu jadi orang", oooh, sebegitukan untuk menjadi apa yang orang sebut dengan "orang". "orang" disini pastinya manusia, bukan hewan atau juga tumbuhan. Persepsi semacam itu disetir oleh keadaan lingkungan dan keadaan jiwa. Bahwa manusia disebut orang jika sudah punya kantor sendiri. Secara spesifik, tidak mungkin kita mengatakan itu anggapan semua orang, tapi jika menanggapinya secara general, intepretasi seperti itu terwarnai oleh berjuta tujuan hidup manusia tanpa melihat dari sudut pandang"kenapa kita dilahirkan?".
Ya, semua persepsi kita tentang tujuan hidup kita tidak dimulakan kepada saat kenapa kita dilahirkan. Ketika kita berpikir tentang menjadi sukses dalam hal karir, kesehatan, harta, jabatan, dan menjadi bos, tapi pernahkah kita berpikir secara logis, apakah tuhan menciptakan kita untuk menjadi bos, punya harta banyak dan istri cantik. Logkanya kan tidak pernah, tuhan tidak pernah menfirmankan untuk menjadi seperti itu. Disini saya hanya ingin mengajak anda sekalian untuk berpikir dengan otak yang jernih objektif. Saya tidak tidak berniat menginjak dunia dimana anda berpijak, saya hanya mengajak anda berpikir tentang asal kejadian KITA.
Ya disinilah kita harus berpijak untuk meloncat kepada heterogenitas dunia. Dunia yang kompleks dilihat sangat simpel untuk orang yang tidak mengerti akan dirinya sendiri, dan akan terlihat sangat simpel juga oleh orang yang mengerti dirinya sendiri. Jangan membohongi diri, kalau kita berkata saya kenal kok diri saya sendiri, omong kosong!, bahkan tanpa cermin kita tidak bisa melihat wajah diri kita sendiri!
NB : Ini adalah suara hati dari sahabat gw yang bernama Ihsanudin yang telah memberikan kontribusinya untuk blog gw. Keep spirit brother !!












3 comments:
keren sob...semangat lanjutkan........
asik. . .
balik kunjung ya bro. . .
koment please. .
sering2 mampir kesini ya sob . . .
blognya sob udah saya kunjungi kq . . .
Post a Comment